Sabtu, 20 Juli 2013

Antara Rencana Masa Depan dan Doa

Tanggal 19 Agustus depan saya akan melalui satu fase lagi yang tersisa dalam jihad akademik ini. Setelah itu, saya resmi menyandang gelar “master” di belakang nama. Sejujurnya, saya bahagia bisa lulus tepat waktu. Dari awal saya memang sudah menargetkan semuanya. Bagaimana pun juga, saya ini anak miskin yang sepenuhnya bergantung pada beasiswa. Kalau saya tidak bisa lulus sebelum bulan September, maka mau tidak mau saya harus bayar sendiri semuanya. Dan itu tentu akan semakin menambah beban keluarga saya.

Setelah semuanya selesai, entah jalan apa lagi yang Allah rencanakan untuk saya. Meski saya sudah punya setumpuk rencana masa depan, tapi bukankah ada tanganNya yang tak terlihat yang lebih tahu mana yang terbaik?

Suami saya bilang: "Kamu lanjut terus, Dik. Kamu harus jd akademisi sejati."
Sebenarnya, jauh dalam hati saya menginginkan suami melanjutkan studi doktoralnya tahun ini. Dan saya yang gantian vakum sambil kembali menulis buku ketiga. Atau saya bisa saja terjun ke dunia bisnis demi membiayai sekolah adik-adik. Tapi sepertinya ia lebih memilih menjadi pelayan umat melalui pengabdiannya terhadap agama dan tidak tertarik untuk studi lebih tinggi lagi. "Siapa yang akan memperhatikan masyarakat kecil itu kalau kita semua jadi profesor? Candanya.

Dia bahkan merestui saya jika harus lanjut ke universitas di Luar Negeri jika memang peluang beasiswanya ada di sana. Jadi, tahun ini setidaknya saya harus ikut kursus bahasa asing dan tes TOEFL. Tapi, benarkah ini yang harus saya tempuh?

Saya hanya bisa berdoa semoga Allah memberikan jalan terbaik. Amin.

Ramadhan Kareem.

Tidak ada komentar: