Rabu, 10 Juli 2013

Bring Me to Egypt Again

 Usia saya masih tujuh tahun atau mungkin delapan tahun saat mendengar nama kota itu pertama kali. Mesir. Bapak membangun imajinasiku tentang kota pusat peradaban dunia itu melalui sebuah dongeng pandek sehabis makan malam di ruang tamu. Ruang tamu kami begitu sederhana, hanya ada kursi dan meja plastik seadanya dan lemari buku yang membatasi antara ruang tamu dengan ruang makan. Tetapi dongeng-dongeng Bapak selalu membuat ruang mungil itu menjelma menjadi kota Alexandria di satu hari dan Kairo di hari-hari yang lain. Dongeng-dongeng Bapak bukanlah dongeng biasa karena ia selalu menjadi pelaku utama dalam cerita.
Kadang-kadang Bapak berkisah tentang batu-batu Piramida yang luar biasa besarnya membuat saya membayangkan bagaimana orang-orang di zaman Fir’aun mengangkatnya. Atau cerita tentang kapal-kapal di atas Nil yang diisi dengan penari perut. Terkadang pula Bapak bercerita tentang sulitnya meraih gelar di Universitas al-Azhar dan saya sungguh bangga karena Bapak meraih gelar masternya di sana.
Pada akhirnya, Mesir dan kota-kota tua di dalamnya tumbuh bersama mimpi-mimpi seorang Mayyadah kecil. Gurun pasir, sungai Nil, hujan debu, universitas tertua di dunia, gedung-gedung tua peninggalan kolonial Perancis di Tahrir, masjid-masjid penuh sejarah, dan kecantikan Cleopatra yang diwarisi perempuan pribumi Mesir adalah hal-hal yang melekat dalam alam imajinasi kanak-kanak saya hingga remaja.
Bahkan nama saya pun diambil dari nama penyanyi terkenal Mesir.
Sebuah kesempatan pun tiba saat saya baru saja melepas seragam Aliyah di sebuah pesantren di Yogyakarta. Saya berpikir inilah kesempatan satu-satunya untuk mengubah dongeng-dongeng Bapak menjadi nyata. Saya pun mengikuti seleksi di Universitas Islam Alauddin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya satu-satunya peserta seleksi dari luar Jawa ketika itu. Hati saya sempat gentar melihat teman-teman dari Gontor, Krapyak, dan pesantren besar lainnya, namun saya tetap berusaha percaya diri bahkan hingga tes lisan berlangsung. Alhamdulillah, dari delapan orang yang dinyatakan lulus seleksi pertama, nama saya termasuk di dalamnya.
Pada seleksi selanjutnya di Kedutaan Mesir, Bapak mendampingi saya. Seperti baru kemarin rasanya Bapak mengantar saya berangkat ke sekolah di hari pertama saya berseragam merah-putih. Dan kini tinggal selangkah lagi saya akan resmi menjadi calon mahasiswi al-Azhar Mesir. Doa Bapak, doa Mama, doa adik-adik, dan doa saya menyatu lalu terbang ke langit. Mengetuk pintu rezeki ilahi.
Tanggal 29 Nopember saya tak lagi berkhayal tentang Negeri Para Nabi. Saya terbangun dari mimpi yang panjang dan mendapati diri saya bisa terbang gratis dan sekolah gratis di sana. Subuh pekat nan dingin Kairo menyambut saya. Dari bandara ke Wisma Indonesia saya tidak bisa melihat apapun melalui kaca jendela karena matahari belum terbit selain lampu-lampu jalan yang berjejer. Pagi pun tiba, saya dan teman-teman diantar menuju asrama internasional yang disebut bu’us yang nantinya menjadi rumah kami.
Sebuah Kenangan di Alexandria with My Family
Sepanjang perjalanan, saya tak berpaling dari jendela.  Matahari musim dingin telah bergerak naik pelan-pelan. Bangunan-bangunan berwarna coklat pucat, jalan-jalan lebar berdebu, bis-bis tua, orang-orang berjubah, dan gerombolan mahasiswa asing di halte menjadi kenangan pertama saya tentang Kairo. Saya menghembuskan nafas lewat mulut membuat kaca jendela bis berkabut. Tangan saya yang dingin menghapus kabut itu pelan-pelan seperti menghapus “Mesir imajinasi” di kepala saya. Sejak itu saya tak lagi mendengar dongeng-dongeng Bapak, tetapi sayalah yang akan membacakannya.

Tulisan ini adalah salah satu tulisan yg akan saya bukukan dlm My Book Project 2014 nanti. Doakan yaa:)


5 komentar:

TS Frima mengatakan...

saya juga mau dong kalau ada yang bawa ke sana :D

btw, selamat berpuasa, semoga lancar :)

Dian Eka mengatakan...

Kok saya mellow ya bacanya.. :')
*menyapa setelah sekian lama ga mampir*

rusydi mengatakan...

asik... jadi inget temen2 PII di mesir. ada tuh temen sy zamzami di mesir. di univ. al azhar, fak. syariah. pengen banget bisa ke sana ketemu ikhawah2 mesir

Unknown mengatakan...

@rusydi: salam balik dari zamzami :)

Khadijah Al-Kubra mengatakan...

aaaaaamii..
ditunggu yah kak postingan berikutnya.:)