Saya sangat beruntung bisa bertamu ke rumah2 teman Brunei di sana (mereka jg punya tradisi open house pasca ied). Di antara mereka ada yg bahkan punya pembantu dari negri kita. Di antara mereka ada yg bicara panjang-lebar ttg how crowdednya Jakarta, ibukota yg pnh mereka kunjungi. Adapula yang membagi rasa penasarannya ttg betapa luasnya Indonesia. Dan suatu ketika, di sebuah rumah salah seorang teman namanya Kak Hajar, saya bertemu dengan sebuah keluarga, dengan seorang ibu yang menyambut lalu memandang wajah saya lekat-lekat.
"Benar, tak salah lagi, kamu pasti putrinya Ustaz Wahab!". Saya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan pertama ibu itu. Saya mencium tangannya dengan takzim. Ibu itu adalah ibu kandung Kak Hajar. Namanya Hj. Noor. Mengapa beliau mengenal saya, itulah inti cerita ini.
Jadi, dulu, bahkan jauh sebelum saya lahir, wanita separuh baya ini ditakdirkan bertemu dengan ayah saya. Di Mesir tepatnya, sekitar tahun 80-an, ayah saya yg menimba ilmu utk meraih masternya di Universitas al-Azhar mengisi waktu luangnya dengan memberi bimbel (atau " tusyen" istilah Bruneinya) kepada pelajar2 Asia. Salah satunya ibu Hj. Noor.
Bertahun-tahun kemudian, setelah kembali ke Brunei, Hj. Noor yg sudah berumahtangga juga mengirim anaknya ke Mesir. Sepanjang itu ia sama sekali tak pnh mendengar kabar ttg ayah saya. Kak Hajar, putri Ibu Hj. Noor, mengikuti jejak ibunya menimba ilmu di Al-Azhar. Dan kali itu, lagi-lagi peristiwa puluhan tahun lampau seperti terulang. Seorang mahasiswa tingkat magister asal Indonesia mengajar Kak Hajar. Lelaki inilah yg kelak menjadi suami saya yang kemudian membuat saya kenal dg Kak Hajar dan terakhir...ibu Kak Hajar.
Ajaib bukan? Ibu Kak Hajar diajar oleh Ayah saya, dan Kak Hajar sendiri diajar oleh suami saya. Subhanallah...dunia ini benar2 sesempit daun kelor :d
"Ayahmu masa itu mengajar saya mata kuliah nushus", kenang Ibu Hj. Noor dg mata berkaca-kaca. Saya tertawa terharu dan berkata: "suami saya juga mengajar nusyuz hahaha." (Nushus: mata kuliah yg isinya syair2 Arab). Kak Hajar tersenyum dan teman-teman yg hadir di ruang tamu juga tak kalah surprisednya mendengar cerita ini.
"Sayang sekali, Ayah saya sudah meninggal beberapa bulan lalu. Pasti beliau akan bahagia jika mendgr cerita ini..."
That was a miracle for me. Thanks God for the chance:)
8 komentar:
ما أجمل هذه الصدفة!!أتقصدين بمادة نصوص أدبية أم لا في هذه القصة؟
iya kak, makasih. udah sy edit :)
Amazing.... bisa kebetulan gitu yah ketemuannya. Kerennya lagi, Hj Noor recognizes your dad simply by looking at your face.... speechless. What a coincident
yg aku inget dari pelajaran sekolah tentang brunei adalah itu negara asia tenggara paling kaya, msh ga sih skrg mba? pengen ke brunei juga hehee
@cipu: bkn cuma speechless, saya jg sampe merinding:-)
@mila: hu um. kykx msh. di posting sblmx sy crita kalo dsna rumah pun dikasi gratis ama raja
Brunei negara sekecil itu bisa kaya dan makmur... hebat ya Mba
iya bunda, makasih ya udah berkunjung dan membaca ;d
iyah say, what a small world. kadang udah jauh2 ke ujung dunia, ketemu orang setelah ditelusuri masih ada hubungan sama kita.
bukan kebetulan, tapi emang jalannya seperti itu dengan siapa kita dipertemukan dan dijodohkan :)
piye kabare?
Posting Komentar