Ada
banyak cerita di balik buku Mata Air 100 Juta dan Membaca Semesta. Dari cerita
mengharu-biru hingga menggelikan. Kalo cerita yang mengharu-biru, sudahlah,
malas saya cerita di sini. Nanti langit biru malah tambah biru (gak nyambung!
haha)
Baiklah,
sekarang saya mau bongkar rahasia menggelikan di balik terbitnya kedua buku
saya. Sebelumnya tarik nafas dong. Oke, bagus! Eits, hembuskan dulu hahaha.
Yap, mulai!
Hal
pertama yang menggelitik saya adalah tingkah para fans. Pantaskah saya
mengistilahkan sahabat pembaca setia saya sebagai fans? Sahabat di Mayyadah Friendpage pasti gak keberatan dunk soalnya Maya kan ga kelebihan berat hehe. Yang keberatan angkat kaki,
yang setuju lanjut baca! Awalnya ada yang sms tiap menit, ada yg telpon tiap
menjelang tidur. Sampai-sampai saya merinding, membayangkan dia membayangkan
saya sebelum tidurnya hiiii. Kata-katanya ada yang sekedar curhat, ada juga
yang lebay seperti:
“Kak Maya yang baik. Selama ini adik merasa kesepian dan membutuhkan banyak kasih-sayang. Bolehkah adik mengangkat Kak Maya menjadi kakakku?”
TidddaaaaaKKK.
Adik kandung saya aja udah lima! seharusnya saya jawab tidak. Tapi saya malah
ketik reply: “Thanks. Cerita aja klo ada masalah.” Akhirnya masalah demi
masalah memenuhi ponsel saya. Dari masalah yang gak ada hubungannya dgn dunia
menulis, atau masalah seperti:
“Mbak May, berdosakah saya jika menatap terus wajah dia di fesbuk?”
Yah,
masalah berdosanya tanya sama Pak kiai lah, jgn sama saya haha (kidding!). Ada
juga yang histeris di inbox, dilengkapi kalimat-kalimat aduhai:
“Betapa beruntungnya saya ketemu Kaka, kok bisa sih ada makhluk sehebat kaka?”
Pengen
menghilang rasanya dari dunia, sekalian jadi makhluk gaib. Aduh, kayaknya
banyak yg belum injak Jakarta neh. Di Jakarta sana lebih banyak orang hebat,
Nak! (nyambung gak seh).
Nah,
bagian menggelikan selanjutnya adalah masalah kopdar (kopi darat). Selama ini sahabat pembaca cuma membaca buku saya, liat foto saya di fesbuk ato di blog, jadi pas ketemu
langsung sama saya komentar pun melayang kemana-mana:
“Astaga! Orangnya kecil banget” (Maksudnya apa ya, mungkin pengen bilang saya kurus banget tapi gak tega haha).
“Ya ampun, kamaseanna mamo ini penulis. Biasana mamo penampilanna!” (Kalo ini, biarpun diterjemahkan ke dalam bahasa Cina,yang org Sulawesi ngertilah maksudnya :p).
Komentar
paling sering jika saya memperkenalkan diri di acara talkshow:
“Whatttt?
25 tahun? Kirain masih delapan belas...” (Asiiiikkkk, berarti bs masuk iklan
ponds anti aging dong kwkwk).
“Whatttt?
Anaknya udah dua! Gilaaa!” (Makasih telah meragukan keibuan saya haha. Saya
melahirkan langsung dua anak loh sodara2. Hebat kan! Tertawa sinis dlm hati).
Selanjutnya
adalah ketika saya masih menghandle marketing buku saya sendiri tanpa bantuan
distributor seperti di buku kedua. Nggak kebayang capeknya. Capek hati
maksudnya. Gara-gara kejadian seperti:
Tante A: Nak, tante dengar kamu nulis buku? Kasih tante juga dunk. Gratis kan klo buat tante?Saya: Beres Tante.
Dua
hari kemudian...tiba-tiba tetangga Tante A ikut-ikutan minta buku sambil masang
muka melas: “Gratis yak?!” Ampun, gak pake muka melas aja saya gak tega minta
bayar haha.
Tiga
hari selanjutnya: Sepupu-sepupu saya unjuk rasa. “Gak adil, May. Masa Sepupu
dua kali kamu kasih, kita-kita yang sepupu satu kali nggak?” Alamaaakkk,
bangkrut dunk, sepupu ada tiga belas!
Belum
lagi kalo ada yang mengatasnamakan teman seangkatan lah, sahabat tersayang lah,
sampai sang mantan (mantan ibu asrama maksudnya haha).
Ternyata menjadi penulis
lebih banyak deritanya. Udah capek2 begadang nyaris tiap malam ngejar deadline,
dihargai cuma nol rupiah! Padahal kalian semua sanggup beli bensin sepuluh
jerigen kan? Apa hubungan bensin sama buku saya, ya?!
Nah
yang terakhir, ini sebenarnya rahasia tingkat tinggi. Tapi apa sih yang nggak buat kamuuuuhhh :p
Setiap
kali mau lanjutin nulis buku, saya harus beresin dua jagoan saya dulu. Kalo
waktunya bobo, saya boboin dulu. Tapi klo bukan waktu bobo, duhai susahnya
menghindar. Saya sampe harus mengendap-endap menuju laptop kayak maling mau
curi laptop haha. Nah, baru juga pencet tombol power, tiba-tiba:
“Mamaaaaaa, nonton kung fu Pandaaa!”
Yaahhh, laptopnya dipakai nonton lagi deh. Inspirasi yang
tadinya pengen kuledakkan, gak jadi meledak.
Pas
laptop udah ada dua, alasan si kembar lain lagi: “Mau nonton sama mamaaaaa”. Oh
oh, rasanya pengen menggigit pipi chubby sikembar saking gemesnya saya. Kalo
malam mereka udah bobo, bukan berarti derita saya berakhir. Giliran bapaknya
yang mengganggu hahah. (Boleh ketawa, tp jangan memperlihatkan gigi! Hphphphphphph).
to be continued...
(postingan gak jelas nih, lumayanlah buat ngejar sertoran muka di blog :d)
oh yaa, ini cover proyek buku yg sdg sy garap: mohon doanya!
7 komentar:
Hehee.. Telat ah peringatan akhirnya. Keburu cengar-cengir duluan di lima paragrah terakhir. :P
Sukses terus yaa..! ;)
hihihihihi
hihihi, suka dukanya nerbitkan buku...kapan ya saya punya buku juga*mimpi*
btw, soal kopdar..mau dong ketemu k'Maya juga...
ditunggu buku selanjutnya k ^^
@kang ochid: hahha
@alyna: hihi juga :p
@d'starz: makasih, yukkk kopdarrr :)
ka' maya
di sisi lain ada orang loh yang curi-curi motifasi dari kita..
tapi baru bilang karena takut..
hehhe..
tapi setelah bicara sama kita beberapa hari yang lalu kayaknya kita memang bukan hanya idola dalam penulisan aja, tapi dalam sikap menyambut hangat orang-orang yang ingin mengikuti jejekta..
ini tidak gombal loh ka' maya seperti pujian2 di atas.. heheheh
saya berfikir bahwa "sesukses apapun kita jangan pernah berubah"
makasih ka'
heheheheh
memang pantas untuk menjadi idola ka'
"Tidak lebay ya..."
heheheh
moga sukses ya buat bukunya
Posting Komentar